nongkrong sama keluarga suami (babe, bundo, dan sodara-sodara disana) itu... selalu tentang belajar bahwa hidup yang dinikmati dengan keikhlasan akan membawa kedamaian dan kebahagiaan.
saya sebagai staf sedang berada dalam masa magabu akut di kantor, sementara para pembuat kebijakan dan tenaga ahli disini sedang sibuk meeting. beberapa dari mereka menginginkan perubahan: pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan kesejahteraan yang lebih merata. selama ini semacam terjadi kesenjangan sosial. dokter, terutama yang spesialis, mendapat fee besar sekali sementara para perawat yang pontang panting di ruang perawatan tidak memiliki jaminan kesejahteraan yang sepadan. apalagi sudah mulai banyak komplain dari pengguna jasa: membayar tiket sekian untuk mendapat pelayanan dokter spesialis (di poliklinik), namun yang menangani mereka 'hanya' dokter umum.
yep. meski poliklinik buka from 7 to 13, pada kenyataannya setelah jam tertentu (jam 10 keatas) kebanyakan dokter spesialis kami memilih untuk menyerahkan tugas mereka pada dokter umum sementara mereka bekerja di tempat lain yang berpotensi menambah pundi-pundi tabungan mereka. dengan status civil servant yang disandangnya, seharusnya orang-orang ini tetap berada di tempat tugas pokoknya melayani masyarakat.
beberapa tenaga ahli memperpanjang alur. misalnya: saya butuh cek laborat. saya diarahkan ke lab swasta. lab swasta nggak punya fasilitas, lalu merujuk spesimennya ke lab rumah sakit. setelah hasilnya diketahui, lab rumah sakit memberikan pada lab swata. lab swasta menyerahkan pada pasien dengan cap lab swasta, padahal yang memeriksanya adalah lab rumah sakit.
alur yang seharusnya pasien - lab rumah sakit - pasien,
menjadi alur pasien - lab swasta - lab rumah sakit - lab swasta - pasien.
mungkin tidak merugikan rumah sakit secara finansial karena lab swasta juga membayar sesuai tarif yang berlaku. tapi merugikan pasien kan (meski mereka nggak sadar jika dirugikan). konon, jika langsung diperiksa di lab RS, tenaga ahli nggak dapet fee. kalo bekerja sama dengan lab swasta, mereka dapet. semacem calo gitu deh.
miris kalo denger cerita-cerita semacem itu.
dalam pengetahuan saya, mereka yang ahli itu sudah memiliki penghasilan yang cukup. relatif jauh lebih besar daripada pendapatan saya, suami, dan teman-teman dengan keahlian yang 'standar'.
meraka lalu menjadi 'ketakutan' ketika akan ada perubahan yang akan menbuat kesejahteraan orang lain meningkat sementara 'kesejahteraan' mereka sedikit berkurang.
kesejahteraan yang hanya diukur dengan banyak sedikitnya duit.
beberapa dokter spesialis dan tenaga ahli alhamdulillah masih memiliki dedikasi dan komitmen yang bagus. mereka disini sampai poliklinik tutup di siang hari, dan tidak mengalih tugaskan kerjaannya pada orang lain meski hari sabtu. mereka nggak papa jika fee (pendapatan lain-lain di luar pendapatan pokok) mereka sedikit menurun asalkan mereka bekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan menyejahterakan yang lain (yang lain disini terutama anak-anak buah mereka).
mereka ini mungkin sudah tahu bahwa duit banyak tanpa berkah itu sama dengan kesejahteraan yang semu.
mereka mungkin sudah tahu bahwa berkah itu nggak mungkin bakal didapet kalo cara yang meraka pakai merugikan orang lain (baik yang dirugikan itu sadar atau tidak).
semoga saya, suami, dan keluarga kami diberi rejeki yang banyak dan barakah. menikmati kehidupan kami dalam keihklassan, membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. amin.
saya sebagai staf sedang berada dalam masa magabu akut di kantor, sementara para pembuat kebijakan dan tenaga ahli disini sedang sibuk meeting. beberapa dari mereka menginginkan perubahan: pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan kesejahteraan yang lebih merata. selama ini semacam terjadi kesenjangan sosial. dokter, terutama yang spesialis, mendapat fee besar sekali sementara para perawat yang pontang panting di ruang perawatan tidak memiliki jaminan kesejahteraan yang sepadan. apalagi sudah mulai banyak komplain dari pengguna jasa: membayar tiket sekian untuk mendapat pelayanan dokter spesialis (di poliklinik), namun yang menangani mereka 'hanya' dokter umum.
yep. meski poliklinik buka from 7 to 13, pada kenyataannya setelah jam tertentu (jam 10 keatas) kebanyakan dokter spesialis kami memilih untuk menyerahkan tugas mereka pada dokter umum sementara mereka bekerja di tempat lain yang berpotensi menambah pundi-pundi tabungan mereka. dengan status civil servant yang disandangnya, seharusnya orang-orang ini tetap berada di tempat tugas pokoknya melayani masyarakat.
beberapa tenaga ahli memperpanjang alur. misalnya: saya butuh cek laborat. saya diarahkan ke lab swasta. lab swasta nggak punya fasilitas, lalu merujuk spesimennya ke lab rumah sakit. setelah hasilnya diketahui, lab rumah sakit memberikan pada lab swata. lab swasta menyerahkan pada pasien dengan cap lab swasta, padahal yang memeriksanya adalah lab rumah sakit.
alur yang seharusnya pasien - lab rumah sakit - pasien,
menjadi alur pasien - lab swasta - lab rumah sakit - lab swasta - pasien.
mungkin tidak merugikan rumah sakit secara finansial karena lab swasta juga membayar sesuai tarif yang berlaku. tapi merugikan pasien kan (meski mereka nggak sadar jika dirugikan). konon, jika langsung diperiksa di lab RS, tenaga ahli nggak dapet fee. kalo bekerja sama dengan lab swasta, mereka dapet. semacem calo gitu deh.
miris kalo denger cerita-cerita semacem itu.
dalam pengetahuan saya, mereka yang ahli itu sudah memiliki penghasilan yang cukup. relatif jauh lebih besar daripada pendapatan saya, suami, dan teman-teman dengan keahlian yang 'standar'.
meraka lalu menjadi 'ketakutan' ketika akan ada perubahan yang akan menbuat kesejahteraan orang lain meningkat sementara 'kesejahteraan' mereka sedikit berkurang.
kesejahteraan yang hanya diukur dengan banyak sedikitnya duit.
beberapa dokter spesialis dan tenaga ahli alhamdulillah masih memiliki dedikasi dan komitmen yang bagus. mereka disini sampai poliklinik tutup di siang hari, dan tidak mengalih tugaskan kerjaannya pada orang lain meski hari sabtu. mereka nggak papa jika fee (pendapatan lain-lain di luar pendapatan pokok) mereka sedikit menurun asalkan mereka bekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan menyejahterakan yang lain (yang lain disini terutama anak-anak buah mereka).
mereka ini mungkin sudah tahu bahwa duit banyak tanpa berkah itu sama dengan kesejahteraan yang semu.
mereka mungkin sudah tahu bahwa berkah itu nggak mungkin bakal didapet kalo cara yang meraka pakai merugikan orang lain (baik yang dirugikan itu sadar atau tidak).
semoga saya, suami, dan keluarga kami diberi rejeki yang banyak dan barakah. menikmati kehidupan kami dalam keihklassan, membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar