pas akreditasi kemaren, setiap pokja diberi anggaran maksimal $200 yang dalam pencairannya diklaimkan sebagai uang lembur.
saya yang dipercaya sama ketua buat bikin pengajuannya.
maka bikinlah saya sedemikian rupa sehingga $200 itu bisa terserap maksimal.
antara lain dengan menghapus nama ketua saya dari list penerima karena beliau punya kedudukan yang cukup tinggi sehingga pajak yang dikenakan kepadanya jadi gede. 15%. sayang banget kalo duit kita disumbangin ke gayus. sementara yang lain kena potongan 5% saja.
dan juga biar nggak ribet, saya menghapus nama teman yang masih belum tergolong pns karena ia musti dibikinin surat tugas dan tetek bengek tersendiri. hmmm... ribet banget kalo saya lakoni juga.
pas minta tanda tangan pun saya sudah mengkomunikasikannya pada mereka, anggota tim saya. bahwa rupiah yang mereka terima nanti nominalnya tidak sama seperti yang tertulis karena ada beberapa teman yang dikeluarkan dari nama penerima padahal mereka berhak. ini semua untuk penyerapan maksimal $200. dan $200 itu nanti dibagi sesuai kebijakan pak ketua.
oraik.
lha kok ternyata kemaren saya mendengar hal-hal yang nggak enak di kuping.
pas nyampe parkiran temen saya bilang kalo Bu mawar (bukan nama sebenarnya) protes ke bu Melati (juga nama samaran) karena namanya nggak ada di list. bu melati ngomel ke temen saya. temen saya menjelaskan pada bu Melati trus sama bu melati disuruh bilang dewe ke bu Mawar. temen saya belum bilang. ngggooossssssssss......
tempe banget deh.
membaca kesalahan saya:
1. waktu minta tanda tangan nggak sekalian menjelaskan ke bu Melati tentang aturan mainnya
2. berhubung bu Mawar nggak saya mintain tanda tangan karena pengajuannya dibikin per awal desember sementara pada waktu itu beliau sehdang diklat ke luar kota, beliau pun nggak saya ceritain sampe kejadian kemaren.
mengingat: bahwa banyak huru hara di rumah sakit terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak-pihak yang terkait,
maka.... segera ambil telfon dan jelasin ke bu Mawar deh saya kemaren sore. daripada nunggu sampe hari ini dan sementara ada jeda waktu lebih dari 10 jam yang bisa membuat cerita itu berkembang kemana-mana tanpa kendali. kan gitu to biasanya kalo ada yang merasa terdzalimi. lalu dikompori yang lain. laju jadi geje ceritanya.
berhubung ini menyangkut saya, ya nggak bole kejadian begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar