Rabu, Februari 08, 2012

aku cinta kau kemarin, hari ini, esok, selamanya

dan kakak sepupu saya musti membayar sejumlah uang pada mantan istrinya setiap kali ingin melihat anaknya.  keponakan saya, yang hingga detik ini belum pernah saya lihat, belum pernah saya cium, belum pernah saya dengar tangisnya... ia yang baru beberapa bulan lalu hadir di bumi musti dihadapkan pada kenyataan bahwa orang tuanya tak lagi punya komitmen untuk bersama.

sedih.
saya sedih sebagai tante.
saya cukup dekan dengan zahwa, cukup mengenal hilmi, anak-anak kakak sepupu saya.
saya cukup mengenal ulid, keponakan calon suami saya.
saya belum mengenal putranya mas arif tapi kelak ia akan mengenal saya sebagi tantenya.
saya belum kenal sama sekali sama putri cantik dari kakak saya itu dan mungkin ia akan tidak mengenali saya sebagai salah satu sanak keluarganya karena perpisahan itu.

nelangsa.
nelangsa sebagai adik dari kakak sepupu saya.
ia yang buat saya tanpa cela, ia yang buat saya sekelas abang: seseorang yang berpotensi besar menjadi imam yang hebat buat rumah tangganya, salah pilih.
ya.. mantan istri kakak saya itu jelita banget, pun dibesarkan dalam keluarga yang nyantri banget.  sehingga pada mulanya saya (dan mungkin sebagian besar dari kami) mengasumsikan bahwa ia adalah sosok yang perfect untuk menjadi pendamping kakak saya.
patah hati.  kalau saya jadi kakak saya, rasanya pasti patah hati.  patah yang patah sekali karena ikatan mereka bukan ikatan sepele, bukan sekedar pacaran, mereka sudah menikah... dan ada seorang malaikat kecil disitu... malaikat yang akhirnya dibawa pergi bersamanya, bukan bersama kakak saya.
mungkin ia tidak mencintai mantan istrinya lagi, tapi pada anaknya: yakin ada cinta yang teramat besar disana.

perpisahan.
saya sudah katakan, saya meyakini abang bisa jadi imam yang baik bagi saya.
dan saya punya keyakinan yang sama atas kakak saya.
tapi ketika perempuan juga berebut menjadi imam dengan lelakinya, karena terlalu tinggi ilmunya yang juga setinggi kesombongannya, nggak bisa jalan.

perempuan mengalah tanpa kalah.
ketika imam rukuk, maka rukuklah... itu yang namanya berjamaah.
ketika imam salah, maka peringatkanlah dengan cara yang tidak membatalkan ibadah... itu juga seni dari berjamaah.
dan perempuan nggak akan pernah menjaadi imam dari lelaki. nggak perlu.menjadi imam buat malaikat-malaikat kecil saja sudah menjadi suatu tanggung jawab yang besar banget untuk dipikul di atas pundak perempuan.  menjaga agar lelakimu tetap bisa hebat dan menghebatkan dunia kalian juga tanggung jawab yang gede.
bukan soal menang kalah.
ini soal saling menghormati peran masing-masiing.
tuhan sudah sangat baik, mengatur tanggung jawab masing-masing, dan nggak perlu sok kuat untuk bisa menjalankan segalanya...

ketegasan.
ketegasan tanpa kasih sayang hanya menjadi kekerasan.

jika kakak saya meminta istrinya untuk mengambilkannya minum, itu bukan berarti memperlakukannya sebagai babu... namun ia menjadi merasa babu.
jika kakak saya letih dalam menjalankan usaha yang menjadi tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah, itu bukan berarti kakak saya tidak mencintainya karena meninggalkannya di rumah dengan kesibukannya... namun perempuan itu merasa terabaikan.
jembatan sari hal begini: komunikasi.
namun dengan nada meninggi, dengan pintu terkunci, dengan dentam terbanting, komunikasi justru menjadi pengobar api.
mana cinta itu? mana kasih sayang itu?

semoga kami bisa mengambil hikmah dari semua kejadian yang menimpa keluarga kami.
semoga saya bisa menjadi sebaik-baik pendamping hidup abang: sekarang, esok, selamanya.
amin.

Tidak ada komentar: