Di suatu hari yang cerah, aku mendapat informasi tentang beasiswa tugas belajar kemenkes. Dalam hati memang ada sekeping ingin untuk bersekolah lagi di kampus negeri, lebih tepatnya bila ada kampus negeri yang membuka kelas di kota kecilku -yang tidak mengharuskanku mobile ke luar kota- aku akan mengikutinya. Namun bila ada sponsor dari beasiswa, kupikir tidak apa-apa bila aku wira wiri ke kota sebelah. Bismillah maka aku pun ikut mendaftar.
Cukup percaya diri. Persyaratan administrasi atas ijin Allah bisa terpenuhi dengan lancar dan tepat waktu. Perjalanan yang baik kupikir akan berhasil dengan baik juga. Apalagi tahun lalu kawanku beserta 6 orang lainnya di kotaku ini berhasil lolos. Dan jeng jeeeeeeenggggg... masih belum percaya di hari pertama saat namaku bahkan nama teman-teman sekantor yang mendaftar bersamaku tahun ini tidak ada di list.
Inhale..
Kulihat lagi pengumuman
Bahkan nama teman sekantor yang menurutku sangat mengagumkan prestasinya tidak lolos!! Aihhh... menurut pegawai Dinkes, tahun ini kota kami tidak lagi menjadi prioritas karena tahun lalu sudah mengambil 7 orang (which is kuota sejatim diambil kabupatenku semua).
Exhale
Baiklah... mari kita terima kenyataan ini...
Bagaimana perasaanku saat itu? Mengsad? Kecewa?
Jujurly ketika menyadari ketidakberhasilanku aku menjadi KAGUM!! Kagum pada bestieku yang atas ijin Allah lolos beasiswa tahun lalu. Lalu seperti kacamataku diganti baru. Aku menjadi lebih menghargai keberhasilan-keberhasilan yang sebelumnya kuanggap hanya keniscayaan yang biasa aja.
Lalu muncul juga rasa berhutang pada diri sendiri. Bahwa aku tetap harus meningkatkam kapasitas diriku meski tidak dengan pendidikan formal. Aku memutuskan untuk menambah wawasanku ttg hal hal yang menurutku berguna untuk hidupku sendiri.
Begitulah
Yok tetep belajar!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar