Kamis, Juli 11, 2024

Pak No

Dulu sekali, kami (aku, orang tua, dan adikku) tinggal di rumah kontakan, masuk gang kecil di sela ruko, tepat di belakang rumahku adalah selokan yang saat hujan tiba tidak jarang airnya menggenang kemana-mana.  Kami pindah dari sana saat aku kelas tiga sekolah dasar.

Meski mengontrak, waktu itu orang tuaku masih sering membawa pulang koran Jawa Pos. Aku pikir saat itu pasti bapak/mamaku menyisihkan uang untuk membelinya - bukan membawa pulang koran kantor - karena di suatu hari bapak mulai mengganti judul korannya dengan alasan harga Jawa Pos naik. Saat itu, tahun 1990an, layanan delivery service ke kantor sudah lazim, loper koran bernama Pak No setiap hari datang mengantar ke kantor. Loper koran yang tuna wicara namun berusaha berbicara dengan tergagap gagap pada customernya. Keunikannya ini yang membuatku tidak bisa lupa.

Meski tidak jadi media utama berita seperti tahun 90an, koran maaih dicetak dan diantar ke kantor-kantor oleh loper koran tak terkeculali di kantor lamaku. Ada saat aku berencana berlangganan majalah intisari favoritku itu (saat itu biasanya aku pinjam punya ibu atasan saat sudah selesai dibacanya tuntas). Kutunggu pak loper koran tidak datang datang. Konon, loper koran itu ternyata kabur membawa uang dhasil penjualan surat kabarnya!! Wah! Mungkin pendapatannya tidak memcukupi kebutuhan hidup hingga ia gelap mata seperti itu.  Disayangkan, mencari pekerjaan bukan hal yang gampang tapi ia membuangnya.

Aku berjumpa lagi dengan pak No baru-baru ini. Melihatnua masih sigap mengantar koran, melihatnya menghitung hitung sebelum pergi lagi dengan motornya. Vibes nya tu semacam bertemu dinosaurus.. sesuatu yang kukira sudah punah - paling tidak pak No udah pensiun - ternyata masih ada dan melakukan adegan yang sama dengan dimasa kecilku. Saat itu aku sangat antusias mengabarkan pada mamaku tentang keberadaan pak No yang masih sehat (sementara adik dan bapakku tinggal kenangan).  Aku juga bercerita dengan antusias kepada teman-temanku tentang loper koran tahun 90an yang masih tekun dengan pekerjaan yang sama di tahun 2020an. Aku berasumsi pak No tercukupi sehingga ia tidak berpaling dari karirnya selama ini, tidak seperti loper koran di kantor lamaku.

Belakangan ternyata pak No cukup dekat dengan salah seorang temanku. Sepertinya temanku sering memberi padanya dan ia sering menolak pemberitan pak No. Temanku berujar bahwa dia memberi yang tidak dia butuhkan (baju bekas dan barang bekas lain) tapi pak No memberinya barang berharga (koran baru) - rasanya tidakbakan pernah sepadan sehingga ia tidak bisa menerimanya (pemberian pak No).
Pak No sepertinya belum masuk financial freedom, tapi ia memilih kepada siapa ia meminta tolong, tidak ke semua orang.  Bertahan dengan pekerjaan yang sama selama berpuluh tahun itu luar biasa.




Tidak ada komentar: