Kamis, September 06, 2012

nazarudin yang pelit


Kalo hasil ujian semester pendeknya bagus, ia bakal sedekah sekian milyar.  Begitu kira-kira nazar yang dibikin oleh adek saya.  Jadi ini diniatin sedekah ato nazar? Tanyanya pada saya.  Atau keduanya?
Tentang nazar, babe in law pernah bilang bahwa nazar itu sebaiknya diucapkan dan ada yang menjadi saksi.  Tapi sebenernya nggak boleh nazar dengan mengajukan persyaratan.  Masa mau berbuat kebaikan harus nunggu dikasih sesuatu sama Allah.  Kalo mau berbuat baik yang berbuat aja, ngapain nazar dulu? (dalam hal ini nazar yang saya maksud adalah mengajukan persyaratan).  Makanya, saya menganjurkan ke adek untuk tidak menunaikan nazarnya yang menurut saya nggak sah itu.
:^ jadi tetep sedekah never end, dengan mengharapkan nilai tetep bagus?
:) dengan berharap semoga ilmu anda barokah cui.  Baik ilmu kuliah, ilmu grafiti, dan ilmu-ilmu lainnya
:^ oke bray

Hehehe... sedekah masih mengharapkan sesuatu.  Barakah itu kan identik dengan ridha Allah ya? Iklahs itu kan nggak mengharap apa-apa selain ridha Allah? Bukan begitu?

Tentang nazar, saya mendapatkan banyak pencerahan dari sini 
Intinya (yang sreg di hati saya) nazar itu janji, mewajibkan diri sendiri melakukan sesuatu yang sebenernya nggak wajib.  nazar itu boleh jika tidak mengandung syarat dan semata-mata dalam hal kebaikan.
(1) Saya mau bangun mesjid ah.. ikhlas!  Ini boleh.
(2) Saya mau bangun mesjid ah kalo Jokowi jadi gubernur... ini yang nggak boleh.
(3) Saya mau lari-lari nggak pake baju keliling mesjid kalo saya besok menang miss Universe.  hahaha ini boleh aja kali ya, soalnya saya nggak bakalan ikut miss Universe jadi nggak bakalan kejadian.  Ups.  tetep nggak boleh lah :D
Nazar dengan pernyataan bersyarat (seperti pernyataan kedua) itu lumrahnya dikeluarkan oleh orang yang sebenernya nggak pengen mengeluarkan hartanya, alias orang pelit.  hehehehe

kamu nggak pelit kan?
ya udah deh nggak usah nazar-nazaran geje gitu.

Tidak ada komentar: