beredar ke rumah para tetangga bersama suami,
berkirim pesan kepada para kerabat dan sahabat,
dalam satu upaya menyampaikan permohonan maaf yg 'absurd'
karena teorinya, maaf itu dimintakan dg masing2 spek kealpaan.
maaf, saya lupa menjemputmu.. misalnya.
ya saya ternyata memang lupa.
lupa memohon maaf pada seseorang yg sangat penting dalam hidup saya: diri saya sendiri.
uh.
yang masih belum bisa untuk selalu berfikir baik sehingga satu dua seribu kali luka sendiri.
maaf karena tidak berusaha lebih keras untuk bersyukur.
maaf..
maaf..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar