Selasa, April 09, 2013

rumput tetangga nggak ada yang sama

:D disini rupanya
sapa beloved ketika berhasil menemukan saya di samping rumah lalu membantu saya mebereskan jemuran-jemuran yang sebagian masih basah.  sapaan ringan yang membuat saya senang karena merasa dirindukan.  bantuan kecil yang membuat saya senang karena ... apapun yang dilakukan wid beloved itu rasanya memang menyenangkan.  makanya kalo udah weekday gini rasanya pengen cepetan weekend.  karena sementara ini hanya di weekend saya bisa bersamanya.

kebayang nggak gimana rasanya ibu? yang ketemu beloved kalo beloved pulang doang.  beberapa minggu sekali.  hanya sehari.  itu pun harus terbagi bersama saya.  jadi kalo diitung rasionya kurang lebih saya 50%, keluarga 50%,  dari yang 50% keluarga itu masih terbagi lagi antara nenek, adek, ponakan, babe, bundo. padahal aslinya beloved adalah bagian dari mereka yang belakangan saya akuisisi.  sebenernya nggak beneran 50% bagian saya, lebih.  karena kemanapun beloved biasanya saya selalu pengen bersamanya.  ada aura tenang, nyaman, damai ketika dekat dengannya.  mungkin begitu pula yang dirasakan meraka, keluarga besar kami. 

mau tau aja.
bukan mau tau aja, tapi peduli.  dalam sedikit waktu beloved sesekali menanyakan sesuatu untuk kami evaluasi.  yang lagi ngetrend sekarang adalah kinerja penjualan barang dagangan kami.  saya dan adek emang lagi hobi jualan. faktanya dagangan adek yang paling karis adalah item item yang beloved pilihin.  hihihihi.  selera beloved memang luar biasa.  kebayang kan betapa luar biasanya saya yang terpilih menjadi teman hidupnya #eh, narsis ya.  hehehehehe.

kalo lagi bodo, kalo lag nggak cerdas, saya seringkali bersyukur, bersyukur dengan model begini:
- alhamdulillah saya bisa ketemu beloved setiap minggu, ngggak setiap dua tiga tau bhakan beberapa bulan sekali seperti orang itu
- alhamdulillah suami saya orangnya keren, nggak kayak suaminya orang orang itu
- alhamdulillah saya begini, nggak kayak yang orang-orang itu

yaaarrrrgghhhh
kapan bisa bersyukur dengan ikhlas, tanpa membandingkan dengan rumput tetangga yang nampak lebih gersang.  kapan bisa juga bersyukur dengan ikhlas tanpa iri ketika melihat rumput tetangga yang nampak lebih hijau?  kaman bisa bersyukur apa adanya kami, tanpa membandingkan dengan sesuatupun?????

belajar
sepertinya hal-hal seperti ini memang harus dimulai dengan belajar membiasakan diri.
gimana caranya?
mungkin.. ketika melihat yang tampak secara dunia sengsara, tidak lantas mengucap alhamdulillah saya nggak digituin, mungkin lebih baik mendoakan mereka agar mereka diberkahi Allah.
mungkin ketika melihat yang nampak secara dunia begitu bahagia, tidak seta merta mengeluh mengapa diabukan saya, sudah ucapkan alhamdulillah saja.
sudah berhenti membandingkan saya dan dia, kami dengan mereka.

Tidak ada komentar: