Rabu, Juli 24, 2024

Umur Berapakah Aku?

Wah, dihitung dengan kalender hijriyah, bulan ini usiaku sudah 39 tahun lebih 2 bulan, 8 bulan lagi insyaallah aku akan genap 40 tahun.  Namun berdasarkan kalender masehi, bulan ini aku memasuki usiaku yang ke 38. Di umur masehi yang baru i proudly present to my self : Galaxy Buds FE... yeeeeyyyyyyyy

Source : www.samsung.com

Ini earbuds paling murah punya Samsung, tapi meski paling murah dia sangattttttttt membuatku terpana dengan kecanggihannya (apalagi karena biasanya pakai earphone biasa).  
  • Dia bisa mebuat suara berisik terdengar sayup-sayup sehingga saat mendengarkan musik atau telefon bener bisa fokus ke suara utama
  • Dia bisa di miss call!!! kalau kebetulan kita lupa naruh bisa dipanggil dan dia bunyiiii
Demi apa jajan earbuds mahal? Demi cintaku padanyaaaa... wkwk. Biar komunikasi lebih lancar, gak delay karena kebanyakan hahohaho tak ngeding. Kalo komunikasi gak lancar ni risiko miss komunikasi, gawatnya lagi kalo pas PMS bisa jadi sebel banget yang itu gak bagus buat kesehatan mentalku.

Tetap waras!!

Angka Yang Bermata

Angka yang bermata itu adalah uang. Darah di kehidupan. Tanpanya hidup akan lemah, letih, lesu, tidak bergairah.

Meski sudah belasan tahun bermatapencaharian, kira-kira baru tiga tahun terakhir ini aku menikmati keberadaannya secara utuh. Tahun-tahun sebelumnya most of penghasilan kami mengalir ke bank, koperasi, pegadaian, serta rekan-rekan salesman. 

Kemarin-kemarin males banget mau nyatet keuangan pribadi karena hanya menambah beban rasa (gimana gak beban.. yang dicatet minas minus aja). Setelah lulus kredit bank, di tahun pertama masih menikmati kemerdekaan. 

Tahun kedua mulai merasakan adanya kebocoran-kebocoran, kefoya-foyaan yang fana dan tidak tampak outcomenya - di tahun itu sudah ada hasrat ingin mencatat (baca: dan mengelola) namun masih belum menemukan aplikasi pencatat keuangan benar-benar sesuai kebutuhan. Aku udah terbiasa dengan laporan versi Sungram, kira-kira seperti itulah laporan yang aku inginkan. Ada uraian belanja, anggaran, realisasi, dan sisa anggaran per rekening belanja.

Memasuki tahun ketiga memutuskan bahwa... harus mulai tertib banget mengatur anggaran dan belanja mengingat ada masa depan bocil juga yang dititipkan disana. Biar masa kini pun nggak anemia.  Kalau terjadi kebocoran terus menerus itu tidak baik untuk masa kini dan masa depan bukan? 

Mulai dari mana? Aku memulai dari Google Spreadsheet karena sampai berita ini diturunkan, aplikasi pencatat yg sesuai mauku itu nggak ada!!  Selain bisa custom, enaknya pake google sheet bisa buka dari pc kantor, dari hp ini, maupun dari hp itu.  Hahahah. Begitulah aku merangkai kolom-kolom di semacam excel ini: uraian belanja, anggaran, realisasi, dan sisa anggaran.  Konsepku juga ke-sungram-sungraman (FYI: Sungram adalah Penyusunan Program which is jadi bidang kerjaanku dalam 6 tahun belakangan) ialah gimana caranya pendapatanku bulan itu bisa cukup terbagi ke dalam masing-masing rekening. Baik, dari sini kita sadar kan bahwa kta kunci penting lain dari mengelola keuangan itu akhirnya adalah: pendapatan alias ada uangnya!! 

Selanjutnya bagaimana? Aku mencatat pendapatan dan pengeluaranku di tabeldan merekapnya di akhir bulan.  Begitu selama beberapa bulan sampai akhirnya aku punya data yang berguna untuk tahu dimana sektor-sektor kebocoran juga untuk menyusun anggaran belanjaku di periode selanjutnya.  Dari data ini aku akhirnya bisa mengklasifikasikan anggaranku ke beberapa rekening belanja. Kalau di kantor klasifikasinya ada belanja pegawai, barang dan jasa, belanja modal, aku mengklasifikasikan anggaranku ke dalam 4 rekening besar : Zakat dan Sedekah, Tabungan, Kewajiban, dan Jajan. Sederhana sekali ya. Rinciannya kurang lebih seperti ini:

Sedekah dan Zakat
- Zakat penghasilan 2,5% dari total duit yang kudapatkan bulan lalu
- Sedekah langganan
- Tabungan qurban
- Sedekah kondisional
Dari data, sedekah dan zakat ini biasanya kurang lebih 10%, maka segitulah dianggarkannya untuk bulan berikutnya. 

Tabungan
Harus dikeluarkan dulu ini memang, jangan nunggu sisa karena umumnya kita adalah ahli dalam menghabiskan uang darpada menyimpannya.  Nabung berapa? Dari data ku bulan-bulan sebelumnya aku bisa nabung sampai 40%. Waw! jadi ya kurang lebih segini akhirnya aku harus menganggarkan tabunganku setiap bulan. Nabung buat kalau kapan-kapan pingin ngasih hadiah besar buat diri sendiri, buat naik haji, buat pendidikan anak, buat jalan, buat kondisi emergency.

Kewajiban
Kewajiban adalah hak pihak lain yang ada padaku. Pihak tersebut di antaranya : asisten rumah tangga, negara dan perusahaan orang (air, bensin, pulsa), anakku (susu formula, pospak, mainan dan pakaian),  dan tidak lupa anggaran kesehatan (meski punya BPJS namun sesekali perlu beli suplemen / obat-obatan di apotik yang nggak ditanggung BPJS).  

Jajan
Ini adalah uang sisa (pendapatan dikurangi sedekah, tabungan, dan kewajiban).  Segera setelah pendapatan terkumpul (gajiku dewe dan duit jajan dari cintaku), aku merealisasikan rekening 1,2,dan 3 sehingga yang ada di rekening dan dompetku hanya uang jajan.  Diupayakan cukup buat sisa hari selama sebulan.  Gas, rem, gas, rem bisa dimainkan.  Kalau hari ini ngegas, besok ngegas, minggu depan ngerem.. gak jajan banyak-banyak.  Most of anggaran ini aku habiskan buat perut.  Di rekening aku nggak nyatet beli telur berapa duit, bawang berapa duit, air mineral berapa duit, terlalu detail yang seperti itu membat aku tertekan (menggali ingatan bukan perkara mudah, esmeralda).  Sederhananya aku cuma butuh tau hari ini aku udah jajan berapa duit, sisa duit jajanku berapa.

Begitu kira-kira iktiarku menjaga kewarasan.  Dengan adanya penetapan anggaran bulanan seperti itu aku merasa lebih tenang, nggak kepikiran aku punya utang apa kepada siapa.  


Senin, Juli 22, 2024

The Mentors

Saat ini sedang nonton drakor ongoing Good Partner, kisah drama rumah tangga sih, namun juga mengisahkan bagaimana pengacara senior membimbing pengacara juniornya secara profesional.  Tidak khawatir si junior akan menyainginya, namun ingin juniornya juga menghebat untuk organisasi mereka.  Ini membuatku teringat pada para senior yang membimbingku di tempat kerjaku yang lalu.  Ada bebreapa orang yang sangat berkesan dan berpengaruh sepanjang aku menimba ilmu:

Bu Ester
Pejabat yang sangat low profile juga stylish.  Nuansa pengkaderan sudah kerasa sejak awal aku bergabung di organisasi.  Sering mengajakku ke acara rapat di luar kantor, memberiku kesempatan melihat dan mendengar.  Bila ke luar kota bersama juga kami berbagi kamar, mendengar cerita beliau tentang hal-hal yang saat itu bagiku kejahatan tidak masuk akal namun katanya: ya begitulah manusia.  Saat penat, jalan-jalan ke ruangan anak buah adalah jalan ninjanya.  Berdialog santai. Santai, nampaknya begitu, meski akhirnya sayup-sayup aku dengar cerita dari orang bahwa ya gak sesantai itu gitu looooo hidupnya.  
Begitulah, selain tugas-tugas yang diberikan dengan bimbingan, kelak saat aku mendapat promosi aku merasa tidak patut untuk songong karena bahkan beliau yang posisinya jauh di atasku - lebih pinter, lebih pejabat, lebih pede, lebih di segala bidang dibandingku - tetap humoris dan low profile.

Bu Nora
Beliau atasan langsungku di sekitar tahun 2021, setahun sebelum kepindahanku.  Namun aku sudah mengidolakannya sejak sepuluh tahun sebelumnya, saat aku belum menikah.  Dulu kami pernah satu ruangan walau berbeda urusan.  Seorang perempuan yang pada saat itu sangat bertanggung jawab kepada keluarga. Prinsipnya, waktu kerjanya nggak boleh mengambil hak keluarga atas dirinya (sebagai ibu, sebagai istri), jadi saat beliau terpakasa lembur maka dikerjakan saat anggota keluarganya udah tidur malam.

Pernah diceritakan juga saat beliau sekolah di luar kota dan bela-belain pulang untuk menyiapkan bekal keluarga di kulkas dan beberes rumah.   Tidak pakai asisten seumur hidup karena eman jika potensi pahala ia bagi dengan orang lain.  Huhu. Di banyak bagian, kisah-kisah beliau menjadi kisah teladan yang tidak dapat kuaplikasikan karena berat sangat.  Butuh komitmen kuat banget.
Qodarullah kemudian beliau menjadi atasan langsung ku, begitu bergabung sebagai atasan - karena bidang ini baru baginya - beliau nggak jaga image gitu loh... bergiliran ke meja para staf kepoin pekerjaan masing-masing.  Belajar memahami pekerjaan anggotanya.  Ini hal baru bagiku, atasan sebelumnya mana pernah? 

Bu Nora paket komplit, sosok istri, ibu, dan wanita karir teladanku.

dr. Indra
Atasan yang sangaaaaaatttttt perhatian, lembut hati, dan sayaaaanggg banget pada organisasi.  Suatu hari kami di perjalanan di luar kota, saat itu aku menolak ajakan makan beliau karena aku sedang berpuasa.  Aku sudah membawa snack untukku berbuka.  Beberapa jam kemudia senja turun, beliau mengajak sopir mampir ke minimarket untuk apa? Beliin aku buka puasa.  Omoooo melting.... hihihi. Ketika aku di push untuk suatu output dan aku berhasil maka aku akan mendapat surprais sebagai apresiasi.  Beliau tidak segan berkata pada anggota untuk sejenak menjeda pekerjaan, yuk makan dulu... lalu kami ditraktir makan di suatu tempat yang menurut beliau enak.

Sepulang jam dinas, beliau keliling mantau rumah sakit.  Suatu kali aku menemaninya berkeliling dan ia menceritakan bahwa baru saja membereskan ketidaksesuaian, aku hitung habisnya belasan juta, kutanya pertanggugjawaban keuangannya bagaimana? beliau hanya mengelus saku celananya dan mengiyakan saat aku menegaskan bahwa itu menggunakan dana pribadi.  Konon temanku bercerita bahwa beberapa pasien yang kesulitan juga dibantu menggunakan dana pribadinya.

Disaat dunia lain ada pejabat yang nilep uang negara untuk pribadia, ini lo ada yang malah uang pribadi dimanfaatkan untuk negeri.  Keren bangettttt.

Pak Munir
Aku jujurly agak serem sama bapak ini karena memang serem. Meskipun kami pernah satu level jabatan namun saat aku membutuhkan sesuatu dari beliau aku meminta dengan halussss sehalus sutera.  Demi perdamaian dunia.  Qodarullah kemudian beliau menjadi atasanku juga.  Dari beliau akhirnya aku terpaksa disiplin waktu di tempat kerja (baca: datang on time).  Dan meskipun terkesan galak di kantor, menurutku beliau sangat sayanggggg pada keluarga, merawat istrinya yang sakit juga dengan tulus. Yang berkesan adalah saat beliau mensupport jalan hidup yang kupilih (ciehh).  Pada masa pemerintahan beliau aku menyampaikan rencana IVF-ku pada rapat staf, teman-temanku mendukung dan alhamdulillah akhirnya diijinkan (juga diijinkan off dari berbagai pekerjaan tambahan yang  menguras energi).  Di kemudian hari, ketika beliau sudah mutasi keluar dari kantorku, bahkan beliau masih menanyakan kabarku, pertanyaan yang bukan basa basi... karena saat kukabarkan aku sedang sedikit ada kendala (saat itu aku sedang proses mutasi pindah dan mengalami fase kurang lancar) beliau membantuku dengan menghubungi kolega-koleganya dan tadaaaaa... Lancarlah urusanku.  Alhamdulillah.    

Semoga Allah senantiasa memudahkan urusan beliau pada kebaikan. Amin.                                                                                                                            

Pak Halimi
Beliau (menurutku) bukan orang yang bisa jadi nomer dua, harus jadi nomer satu. Saat menjadi nomer 1 maka all out lah effort beliau untuk membawa kebaikan bagi tempat yang dipimpinnya.  Punya mimpi besar dan fokus meraihnya no matter apa kata orang, mengkondisikan lingkungan untuk menjadi support systemnya, teguh melalui waktu di atas peta yang sudah dirancangnya dan pada akhirnya hasil nggak akan mengkhianati proses. 

Namun yang paling dalam jejaknya pada hidupku adalah karena dari semua orang, beliau yang aku rasa afirmasinya sangat besar di tahun-tahun terakhir ku disana.  Beliau yang paling percaya bahwa aku pasti  bisa, aku pasti beres, aku pasti baik, oke, sip.  Sehingga mau gak mau aku (walau dengan kerja keras dan setres) kesanalah aku terbawa suasana: aku yang dapat diandalkan. 

--------
Terimakasih para senior atas pelajaran-pelajaran hidup yang diamanahkan padaku.
Terimakasih Tuhan atas kesempatan untuk bertemu mereka serta mengambil secuil nilai yang dalam.

Kamis, Juli 11, 2024

Pak No

Dulu sekali, kami (aku, orang tua, dan adikku) tinggal di rumah kontakan, masuk gang kecil di sela ruko, tepat di belakang rumahku adalah selokan yang saat hujan tiba tidak jarang airnya menggenang kemana-mana.  Kami pindah dari sana saat aku kelas tiga sekolah dasar.

Meski mengontrak, waktu itu orang tuaku masih sering membawa pulang koran Jawa Pos. Aku pikir saat itu pasti bapak/mamaku menyisihkan uang untuk membelinya - bukan membawa pulang koran kantor - karena di suatu hari bapak mulai mengganti judul korannya dengan alasan harga Jawa Pos naik. Saat itu, tahun 1990an, layanan delivery service ke kantor sudah lazim, loper koran bernama Pak No setiap hari datang mengantar ke kantor. Loper koran yang tuna wicara namun berusaha berbicara dengan tergagap gagap pada customernya. Keunikannya ini yang membuatku tidak bisa lupa.

Meski tidak jadi media utama berita seperti tahun 90an, koran maaih dicetak dan diantar ke kantor-kantor oleh loper koran tak terkeculali di kantor lamaku. Ada saat aku berencana berlangganan majalah intisari favoritku itu (saat itu biasanya aku pinjam punya ibu atasan saat sudah selesai dibacanya tuntas). Kutunggu pak loper koran tidak datang datang. Konon, loper koran itu ternyata kabur membawa uang dhasil penjualan surat kabarnya!! Wah! Mungkin pendapatannya tidak memcukupi kebutuhan hidup hingga ia gelap mata seperti itu.  Disayangkan, mencari pekerjaan bukan hal yang gampang tapi ia membuangnya.

Aku berjumpa lagi dengan pak No baru-baru ini. Melihatnua masih sigap mengantar koran, melihatnya menghitung hitung sebelum pergi lagi dengan motornya. Vibes nya tu semacam bertemu dinosaurus.. sesuatu yang kukira sudah punah - paling tidak pak No udah pensiun - ternyata masih ada dan melakukan adegan yang sama dengan dimasa kecilku. Saat itu aku sangat antusias mengabarkan pada mamaku tentang keberadaan pak No yang masih sehat (sementara adik dan bapakku tinggal kenangan).  Aku juga bercerita dengan antusias kepada teman-temanku tentang loper koran tahun 90an yang masih tekun dengan pekerjaan yang sama di tahun 2020an. Aku berasumsi pak No tercukupi sehingga ia tidak berpaling dari karirnya selama ini, tidak seperti loper koran di kantor lamaku.

Belakangan ternyata pak No cukup dekat dengan salah seorang temanku. Sepertinya temanku sering memberi padanya dan ia sering menolak pemberitan pak No. Temanku berujar bahwa dia memberi yang tidak dia butuhkan (baju bekas dan barang bekas lain) tapi pak No memberinya barang berharga (koran baru) - rasanya tidakbakan pernah sepadan sehingga ia tidak bisa menerimanya (pemberian pak No).
Pak No sepertinya belum masuk financial freedom, tapi ia memilih kepada siapa ia meminta tolong, tidak ke semua orang.  Bertahan dengan pekerjaan yang sama selama berpuluh tahun itu luar biasa.




Rabu, Juli 10, 2024

Bad Mood dan Sakit Pinggang

Suasana hati menjadi kacau, tidak ingin bertemu manusia, tidak ingin merespon manusia, ada apakah gerangan? 
Sepertinya aku sedang sebal karena jatah tidurku tidak terpenuhi sebagaimana seharusnya aku beristirahat. Pinggangku sedang sakit, sakit sekali semalam, bahkan di tengah malam saat aku terbangun aku menjadi sulit untuk tidur kembali karena merasakan nyeri yang amat.  Kubaca istigfar lamat-lamat rasa itu hilang, namun timbul lagi.
Menimbang kembali hal yang mungkin terjadi : terus gak bisa tidur karena kesakitan, maka aku memutuskan untuk menyapkan sepotong bakwan jagung di meja makan lalu menyusul asam mefenamat sang pereda nyeri dengan beberapa teguk air.
Aku terbangun lagi sejenak kemudian, masih sakit, mencoba pejam mata dan tiba-tiba subuh sudah berlalu setengah jam lalu.  bergegas absen pagi dan menjalani hidup dengan mood minus.

Menyusur selasar rumah sakit tempatku bertugas pagi ini
berpapasan dengan seorang perempuan di kursi roda, cantik sekali.  Ia cantik karena masih tersenyum di wajah pucatnya.  Wajahnya penuh syukur.
Di jalan lain berpapasan dengan pasien-pasien di brancard.
Sakitku masih jauh lebih baik daripada mereka
Yok mood yookkk... kembalilah
Terlalu banyak hal baik untuk diabaikan

Bismillah

Selasa, Juli 09, 2024

Intisari Reborn

 



Sekitar kelas 2-3 SD seingatku, ada majalah ini di rumah, membacanya menyenangkan.  Dia bagaikan website jaman sekarang, ada banyak informasi menarik yang gak umum.  Kemudian ini menjadi salah satu majalah favoritku.  Sayangnya saat itu mahal sekali, saat aku reamaja tahun 2000an harganya belasan ribu, lebih mahal dari SPP ku yang kala itu cuma 11 ribu. Sesekali aku membeli prelovednya, 3000-an.  Kalau udah mudik ke Boyolali, aku bisa akses majalah ini edisi tahun 1990an, koleksi kakak-kakakku.  Sekarang harganya 35k, terbit sebulan sekali - aku dapat akses gratisnya selama setahun setelah beli majalah Bobo.

Membaca mukadimah perpisahan pada Intisari edisi Juni 2024 ini kokkk rasane.... piye yaaaa.... seperti akan berpisah.  Meski katanya akan hadir, tapi karena dengan format yang berbeda maka rasanya akan berbeda juga mungkin.

Bagaimanapun, termakasih kepada Intisari yang mewarnai duniaku. Semoga terus jaya dengan format yang baru


Rabu, Juli 03, 2024

Tubel Kemenkes

Segera skip tulisan ini jika kamu adalah orang yang mencari cara jitu tembus beasiswa karena tulisan ini bukan tentang keberhasilan namun tentang ketidakberhasilan.

Di suatu hari yang cerah, aku mendapat informasi tentang beasiswa tugas belajar kemenkes. Dalam hati memang ada sekeping ingin untuk bersekolah lagi di kampus negeri, lebih tepatnya bila ada kampus negeri yang membuka kelas di kota kecilku -yang tidak mengharuskanku mobile ke luar kota- aku akan mengikutinya. Namun bila ada sponsor dari beasiswa, kupikir tidak apa-apa bila aku wira wiri ke kota sebelah. Bismillah maka aku pun ikut mendaftar.

Cukup percaya diri. Persyaratan administrasi atas ijin Allah bisa terpenuhi dengan lancar dan tepat waktu. Perjalanan yang baik kupikir akan berhasil dengan baik juga. Apalagi tahun lalu kawanku beserta 6 orang lainnya di kotaku ini berhasil lolos. Dan jeng jeeeeeeenggggg... masih belum percaya di hari pertama saat namaku bahkan nama teman-teman sekantor yang mendaftar bersamaku tahun ini tidak ada di list. 
Inhale..
Kulihat lagi pengumuman
Bahkan nama teman sekantor yang menurutku sangat mengagumkan prestasinya tidak lolos!! Aihhh... menurut pegawai Dinkes, tahun ini kota kami tidak lagi menjadi prioritas karena tahun lalu sudah mengambil 7 orang (which is kuota sejatim diambil kabupatenku semua).
Exhale
Baiklah... mari kita terima kenyataan ini...

Bagaimana perasaanku saat itu? Mengsad? Kecewa? 

Jujurly ketika menyadari ketidakberhasilanku aku menjadi KAGUM!! Kagum pada bestieku yang atas ijin Allah lolos beasiswa tahun lalu. Lalu seperti kacamataku diganti baru. Aku menjadi lebih menghargai keberhasilan-keberhasilan yang sebelumnya kuanggap hanya keniscayaan yang biasa aja.

Lalu muncul juga rasa berhutang pada diri sendiri. Bahwa aku tetap harus meningkatkam kapasitas diriku meski tidak dengan pendidikan formal.  Aku memutuskan untuk menambah wawasanku ttg hal hal yang menurutku berguna untuk hidupku sendiri.

Begitulah
Yok tetep belajar!!