Beranjak dari jaman pra-sejarah, jamannya wartel, jadi
warnet, kenal friendster, lalu blogger, lanjut facebook, tak lupa twitter. Awalnya cari teman, cari kenalan, ngabisin
duit buat bayar jasa layanan, sekarang seiring makin murahnya harga layanan
internet, plus makin beragamnya fitur yang disediakan sosial media, plus adanya
kesadaran masing-masing individu untuk menghapuskan gaptek di muka bumi, maka
lahirlah planet baru... ia bernama planet dunia maya.
Planet dunia maya pernah menjadi tempat dimana saya ketemu
cowok ganteng yang dikemudian hari menjadi pacar pertama dan suami terakhir :D
yeyeye lalalala
Sebagaimana kehidupan planet bumi, di planet dunia maya juga
ada transaksi jual beli. Makin lama
makin banyak. Setiap hari adaaaaa aja
yang mulai ikutan. Termasuk saya. Apalagi hari gini juga mulai marak jualan
tanpa modal, dropship istilahnya. Jadi
bagi yang pengen coba-coba menyelam, nggak khawatir, risiko minimal :D
keuntungan juga minimal siii... secara nggak pake modal gitu loh.
Membaca salah satu karya ustad Yusuf Mansur, cara sukses jadi
pengusaha (baik online maupun offline) ada dua macem, ada cara dunia, ada cara
Allah. Cara Allah antara lain kuatin
doa, biasakan sholat wajib yang 5 itu tepat waktu, rutin sholat dhuha dan tahajud,
nggak lupa sedekah. Kalo baca kisah
sukses para pengusaha, sedekah selalu jadi salah satu kunci yang mereka punya,
selebihnya dirahasiakan (karena kayaknya nggak etis banget kan kalo mereka
‘pamer’ udah sholat minimal 7 kali sehari dan berdoa sepanjang nafas). Pendekatan-pendekatan kepada Yang Maha
Segalanya itu terbukti akan melapangkan dan melancarkan usaha dengan cara-cara
Allah yang sungguh misterius.
Faktanya, Allah nggak akan mengubah keadaan suatu kaum jika
kaum itu nggak berusaha merubahnya. Makanya
cara Allah itu juga harus dikombinasi dengan cara dunia. Mau punya duit?
Kerja. Nggak ada lowongan? Bikin
lowongan sendiri. Nggak ada modal? Coba
jualan dropship. Kumpulin dikit-dikit
labanya buat modalin usaha selanjutnya.
Intinya: MULAI aja... dengan sumber daya yang ada.
Hahaha... ngomong aja, padahal saya dan suami yang lumayan
ada modal, belum bergerak-bergerak juga.
Ooppss!!! Mohon doa restunya
ya... kami sedang mencari inspirasi :D
Umm... ngomong-ngomong, dalam beberapa waktu belakangan,
beberapa teman saya dan teman beloved dikaruniai bayi yang unyu-unyu. Berlatar belakang ilmu public health, sebagian
besar teman saya bersemangat banget ngasih ASI eksklusif, dilanjut dengan ASI
dan makanan pendampingnya. Sementara
beberapa temen suami saya sudah kasih susu formula pada bayinya, tidak
mengupayakan ASI yang memang bagi sebagian ibu tidak mudah. Sepintas nggak ada yang salah kan? Secara di
media susu formula digembar gemborkan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
dan balita, mengandung unsur-unsur tambahan tertentu yang bikin balita jadi
makin sehat dan cerdas. Dengan iklan
yang menarik dan terus menerus, maka tenggelamlah citra ASI pada kelompok
masyarakat tertentu (terutama yang nggak proaktif mencari tahu). Padahal... ASI itu diciptakan langsung oleh
Allah yang Maha Tahu butuh apa sihhh bayi bayi itu.
Kok ngomongin ASI?
Hehehe. Saya kan udah
bilang kalo saya sedang mencari inspirasi.
Dari kasus inilah maka nampak betul peran media dalam mengedukasi,
mempersuasi, bahkan membodohi masyarakat agar tergerak membeli produk.
media itu bisa membuat citra barang menjadi berbeda.
kalo disampaikan dengan baik, maka terkesan baik, dan nampak lebih berharga. kalo disampaikan nggak istimewa ya jadinya nggak istimewa :D
ini masih sedang belajar mengembangkannya lagi....
muga muga kelak bisa menjadi lebih pinteer.
oke!
media itu bisa membuat citra barang menjadi berbeda.
kalo disampaikan dengan baik, maka terkesan baik, dan nampak lebih berharga. kalo disampaikan nggak istimewa ya jadinya nggak istimewa :D
ini masih sedang belajar mengembangkannya lagi....
muga muga kelak bisa menjadi lebih pinteer.
oke!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar