Kamis, Juli 31, 2025

Hujan dari Tetesan Air Sungai Nil

Suara bising ambulans membelah padatnya jalanan, aku mengekor di belakangnya sambil tersedu sedan.  Di dalamnya ada jasad sahabat baikku.  Perempuan yang dulu berjanji akan menjadi teman terbaikku seumur hidupnya, dan ia menepati itu. Menjadi orang baik hingga akhir hayat, yang nggak pernah marah, sabarnya seluas samudera.  Hari ini aku kehilangannya.

Di rumah duka, aku menyeruak kerumunan, ingin memeluknya untuk terakhir kali.  Namun aku kaget ketika yang kulihat adalah diriku sendiri.  Terbaring di sana. Mati. 

Aku lunglai.  Apakah yang aku lihat salah? Tidak… itu benar-benar aku.  Apakah aku benar-benar sudah mati?  Tapi mengapa aku masih disini? Sudahlah, aku tidak bisa berpikir lagi.  Aku pingsan saja dulu.

Emma!!  Suara Nisa tetiba mengagetkanku.

Titip badanku ya.  Nggak papa ya… Aku sudah bicara pada Malaikat Daur Ulang untuk mengambil tubuhmu menggantikan tubuhku.  Sekarang kamu juga sudah bisa pergi dari episode yang tidak kamu kehendaki ini.  Tetap kuat ya walau tanpa aku.  Titip jaga badanku baik-baik.


Aku mencoba mencerna setiap kejadian.  Aku saat ini ada di tubuh Nisa.  Raga yang ia jaga sepenuh hati sebelumnya.  Tubuhku yang itu sudah di atas keranda.  Sayup aku mendengar tangisan “Siapa nanti yang akan mengurus pengobatan bapak, siapa nanti yang akan membiayai sekolah anak-anak”. Ah itu orang tua asuhku, penguras isi dompet dan mentalku. 


Aku terbangun karena ada yang membasahiku.  Hujan.  Ini bukan sembarang hujan.  Bagiku ini hujan yang teramat suci, dari tempat dulu Nabi Musa dihanyutkan oleh Ibunya.  Setelah hari itu, aku menjalani hidup sebagai Nisa yang baruMeninggalkan keluarga asuhku yang benalu, menyembuhkan hati dan mengejar mimpi hingga aku sampai di tempat aku dan Nisa dulu ingin sekali menepi, di bawah langit Sungai Nil.


---

Tulisan pertamaku di kelas Elzahracademy

x

Senin, Juli 14, 2025

Pendinginan

Tahu-tahu diberi tahu bahwa Tim dari Kementerian sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja kami untuk monitoring kesiapan sesuai hal-hal yang kami sampaikan via zoom di kesempatan sebelumnya. Panik gak? Panik gak? Tetiba gedebag gedebug dong semingguan kemarin.  Sesuatu yang jarang terjadi dalam tiga tahun terakhir.  Capek? Iya, lebih karena belum menyiapkan mental buat full kerja.  Hahaha.

Alhamdulillah minggu ini sudah clear.  Insyaallah sudah kebali ke ritme kerja staf normal.  Tidak gebag gedebuk lagi.

Minggu, Juni 22, 2025

Unpleasant

Juni 2025, mendapat beberapa referensi baru tentang perbuatan tidak menyenangkan.

Ternyata tidak menyenangkan bagiku ketika hasil kerja kerasku digunakan sebagai bahan flexing orang lain even though (yang kuketahui) hanya dalam bentuk konten media sosial.

Ternyata tidak menyenangkan bagiku ketika mendapat undangan acara penting hanya melalui chat whatsapp tanpa format sementara untuk menghadirinya aku butuh effort waktu, energi, biaya yang tak sedikit.

Kukira aku iri pada manusia-manusia effortless itu. Namun aku ingat pesan dr. Indra di suatu hari : kalau iri tuh sama yang selevel. Masa saya (direktur) iri sama driver? Nggak perlu. Kira kira begitu pernyataan beliau.

Saat ini, secara duniawi kuanggap levelku dengan mereka yg effortless itu - lebih unggul aku. Baik secara latar belakang pendidikan, circle pekerjaan dan kehidupan, kesejahteraan finansial. Maka aku mendefinisikan kembali perasaanku, aku bukan iri, hanya sebal. Sebal itu halal kan? Wkwkwk.

Mungkin Allah ingin kasih tahu siapa mereka sebenarnya sehingga aku gak teraniaya menghadapinya. 

Ingat posisi ya. Ekor gak akan pernah berada di depan kepala. Jadi... tetaplah menjaga value diri sendiri agar selalu layak menjadi "kepala".

Jumat, Mei 23, 2025

Deal with The Ministry

Udah kepingin sombong  bangga gegara kemarin lancar banget desk usulan alat kesehatan with Kemenkes.  Dibilangnya, nah... kan enak nih kalau datanya lengkap begini.. dan secercah sinar persetujuan dari pusat mulai terlihat.  Sebagai penanggung jawab data, hatiku berbunga-bunga.  Di awal banget dulu juga koreksi atas proposal yang kusiapkan cukup minor : revisi beberapa penulisan aja.  Untungnya, Alhamdulillah ya, Allah sayang padaku... menjagaku dari kesombongan, sehingga hari ini, dengan kualitas data yang setara namun di topik pembahasan yang berbeda, kami agak dirujak karena gak bisa kasih lihat the detailed engineering design-nya.  Duh mampus gak nih?!  Aku memang nggak setor data itu karena sepemahamanku gak butuh itu.  Udah merasa paling bersalah aja, hingga kudengar dari bos ku bahwa itu DED lahirnya udah lama banget (udah hampir 10 tahun) dan bahkan bapak yang menangani aja nggak punya arsipnya.  Antara lega bahwa itu bukan salahku juga (which is kalaupun aku berusaha minta datanya, itu nggak ada) juga agak syedih karena di tempat yang cukup kubanggakan ini, ternyata nggak simpan arsip sepenting itu.

Yawdahlah gpp. Yang penting hari ini Tuhan masih berkenan cubit aku agar nggak sombhoonggg!!! karena sejatinya setiap kemudahan hanya atas izin Allah aja.  bukan karena hebatku.

Kamis, Mei 22, 2025

Gulden

Mau bilang sama muda mudi jaman sekarang, agar sebisanya kalau nabung jangan cuma uang, diusahakan punya sekeping dua keping logam mulia. 

Alkisah tetiba kami butuh banget uang cash dalam jumlah besar. Mau pinjem bank masih nggak ridha pada jumlah bunganya yang menurut kami sangat banyak. Dihitung-hitung, keping emas yang dikumpulkan sedikit demi sedikit saat jaman harga emas masih sejutaan per gram, sekarang bisa kami lepas di angka satu koma delapan per gram. Masyaallah... dalam 3 tahun udah lumayan banget beranaknya.

Agak deg-degan juga akankah bisa terjual dengan lancar karena yang kami punya keping 10 gram. Huhu. Lalu terharu banget karena Allah pertemukan aku dengan mereka-mereka sehingga dalam 2 hari aja emas yg kukumpulkan berbulan-bulan habissssss... wihhhh.

Bulan depan insyaallah mulai nabung lagi.
Semoga lancar dan berkah terus rejekinya ya.

Selasa, Mei 20, 2025

Zona Nyaman

Agak tergelitik ketika membaca utas tentang Zona Nyaman.  Bahwa zona nyaman bukan tempat untuk tinggal, ia hanya tempat untuk beristirahat, bila terlalu lama disana kita akan mati, hangus terbakar.  Wadidaw, sungguh zona yang mengerikan.

Apakah saat merasa nyaman, berarti kita sedang berada di zona nyaman? Pengalaman setiap orang bisa jadi berbeda, ini dari sudut pandangku ya, saat ini aku merasa nyaman tapi aku tidak benar-benar berada di zona nyaman.  Perasaan nyaman ini tumbuh untuk melindungi diri di zona yang tidak baik-baik saja ini, zona perjuangan, zona penyamaran.  

Sekilas aku seperti berasa di zona yang damai: tinggal di rumah dengan fasilitas oke, sumber finansial aman, pekerjaan aman, anak-anak insyaallah juga aman.  Aku juga merasa tenang dengan hal-hal yang sudah di genggamanku saat ini.  Rasanya sudah cukup, tidak diberi lebih pun sudah alhamdulillah.  Dengan utas yang kutulis sebelumnya di atas, aku jadi merasa: hah? haruskan aku horeg?melakukan gebrakan di kehidupanku yang damai ini? bukankah ini sudah menjadi impianku untuk hidup dalam perdamaian.

Lalu kutelaah lagi, ah, gak juga, aku belum di zona nyaman kok.  Masih terus belajar mengendalikan kecemasanku saat bersama seseorang di rumah megah itu.  Masih menahan diriku dari melakukan hal-hal yang sangat selfish sehingga aku punya cukup kehadiran untuk membersamai anakku, membayar hutang pengasuhan diriku sendiri.

Ini bukan zona nyaman, hanya aku terlalu pintar dalam mengelola ketidaknyamanan itu.  Terima kasih ya aku... sudah bekerja keras sejauh ini.

Selasa, Mei 06, 2025

Pelan-Pelan Saja

Semalam melihat tulisan tangan temanku yang bagus sekali bentuknya.  Aku dulu pernah punya tulisan tangan yang keindahannya setara, namun belakangan ia berubah menjadi cukup jelek.  Aku bertanya pada kawan: pena apa yang ia pakai, karena kupikir alat tulis yang digunakan akan mempengaruhi tingkat kebagusan tulisan tangan.  Temanku hanya bilang, tulisan jelek adalah dampak otak yang bekerja terlalu cepat.  Paham ya? Saat otak berfikir dengan kecepatan 100km/jam dan tangan ingin menuliskannya tanpa terlewatkan, maka tangan akan merespon dengan kecepatan tinggi pula, ugal-ugalan deh bentuknya.

Dengan latar belakang tersebut di atas, maka aku pun mencoba menurunkan kecepatan menulisku, dan masyaallah... alhamdulillah aku masih bisa menghasilkan tulisan tangan yang bagus lhooo.


Bagus ya? Iyain aja. Hihi.

Terlihat bedanya bukan? Di kertas putih adalah tulisan tangan yang berusaha aku bagus-bagusin tanpa menurunkan kecepatan.  Yang nggak dibagus-bagusin jauh lebih jelek dong.  Yang di kertas kuning, bentuknya kira-kira seperti saat dulu masa mudaku.  Ternyata dulu aku bisa mengendalikan diri.  Kalau sekarang mungkin terbiasa dengan banyak hal dan deadline, tanpa terasa tubuhku meresponnya dengan mengupayakan semua selesai cepat.  Jadinya yha selesai, tapi ternyata di sisi lain ada perkara yang mencadi acak-acakan dibuatanya, salah satunya tulisan tangan.

Semesta sepertinya ingin bilang bahwa sekarang aku sudah bisa menurunkan kecepatan. Ini bukan tentang tulisan.  Ini tentang setiap detail kehidupanku.  Yuk bisa yuk. Belajar menjalani hidup dengan pelan-pelan, tidak terburu-buru.  Bismillah bisa ya!!