Sebetulnya ini program yang tidak terencana, lebih ke upaya preventif agar putra mahkota yang energinya gak habis-habis, jika sudah malam tidak mengganggu prosesi istirahat anggota keluarga yang lain. Atas ijin dan pertolongan Allah, alhamdulillah proses pemberlakuan jam malam tidak terlalu dramatis. Walau mula-mula juga ada adegan protes : minta bukain pintu, ngomel mara-mara semi nangis. Wkwkwk.
Selama menunggu kedatangan kantuk, aku mengijinkan anakku melakukan apa saja asalkan di dalam kamar yang sudah gelap itu dan tidak membahayakan. Loncat-loncat di kasur boleh. Salto boleh (putra mahkota udah bisa rolling ke depan wkwkwk). Manjat boleh asal tidak memanjat meja tempat susu dan termos air panas. Tidak jarang kami membaca buku, aku membacakannya dengan seru (yang ekspresif, sambil nyanyi). Eh tapi kan gelap? Iya, tapi tidak 100% tanpa cahaya, masih ada secercah terang untuk melihat gambar dan aku menceritakannya dengan bahasaku sendiri.
Setelah bermain, biasanya kantuk akan datang di jam sembilan lewat, kadang lewat dua puluh, tiga puluh, paling malam empat puluh? (Entahlah aku g tau karena kadang-kadang aku jatuh terlelap lebih dulu).
Jam malam ini menguntungkan banyak pihak. Anakku dapat tidur yang bagus sehingga pertumbuhannya bagus. Aku juga jadi nggak bergadang sehingga mood ku jadi lebih sehat.
Ketika aku menceritakan ini pada kawan, beberapa dari mereka bilang mereka udah pernah coba dan gagal.Wah!! Gini ini bikin aku gak bisa bangga, karena sesungguhnya keberhasilan program ini bukan atas kelihaianku tapi semata-mata atas ijin Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar