I just thought about this issue since last night, since my partner opened the coaching clinic programme and i decided to join.
Bisa? Buat Apa? Nah....
Kesannya memaksakan diri karena waktuku sekarang juga gak longgar-longgar amat
Tapi bukankan self improvement itu memang harus dipaksa?!
Semalaman sampai pagi berpikir tentang BIG WHY nya, dan alhamdulillah... inilah mengapa aku harus ikut program bos ku itu:
- As i have a big dream bout my kid future, maka aku harus mengasah diri menjadi sebaik-baik madrasah bagi anak-anakku. Berharap di generasi berikutnya, di generasinya anakku, mereka bisa jadi manusia berpengaruh di dunia, memberi manfaat seluas-luasnya bagi kehidupan, minimal bagi orang-orang di sekitar mereka. Membantu menjadi perantara kesejahteraan yang akan meningkatkan indeks pembangunan manusia indonesia.
Jadi aku gak bole lembek kan pada diriku sendiri. Agar aku bisa menjadi role model yang tangguh di dalam keluarga kecilku. - Civil servant, as my current job, alhamdulillah telah menjadi jalan rejeki yang mencukupi. Udah nggak ngejar apa-apa lagi di jalur ini cuz i khow how it feels as a team leader, sungguh menguras jiwa raga, exhausted. Lelah tapi tidak semenyenangkan itu. Lebih menyenangkan dengan posisi sekarang, di bawah, as a prajurit, not komandan.
Ini bagai bantal pengaman, matras.
Maka aku boleh lah memimpikan cita-cita profesi yang lain: jadi pedagang sukses yang bisa ngomset seperti saat duo bareng bebeb, at least setengah milyar setahun. amiiinnn. Ini lebih ke aktualisasi diri. Rewardnya pun akan kunikmati sendiri (bersama keluargaku), bukan dinikmati orang lain (sebagaimana jika aku berdarah darah di jalur civil servant). - Sekarang memang belum diberi waktu buat menikmati travelling jauh, keliling indonesia bahkan dunia. Namun kesempatan untuk mempersiapkan diri sangat terbuka. Siapkan mental, kemampuan berbahasa, dan kemampuan finansial untuk mendanai setidaknya dua orang (karena my husband seems will be very busy with his project in the next few years). Labuan Bajo, Raja Ampat, Belitong, pingin lihat aneka beburungan juga di sulawesi, maik ke Bandung, weekend ke Jogja, dan kesenangan mencari hikmah dalam perjalanan yang kurencanakan akan bisa kunikmati bersama anak-anakku.
Dari sini mulai juga memikirkan kembali wacana melanjutkan kuliah. Am i sure? Buat apa?
Kemarin teman bercerita tentang kuliahnya, yang mahasiswanya adalah Civil Servant berkebutuhan ijazah. Dia merasa agak rugi gitu sih karena bayarnya mahal tapi materinya banyak disampaikan via zoom, ujiannya gak seru pun cuz banyak yang skripsinya dibuatin. Beda seperti saat pertama kuliah post graduation from high school.
Kemarin teman bercerita tentang kuliahnya, yang mahasiswanya adalah Civil Servant berkebutuhan ijazah. Dia merasa agak rugi gitu sih karena bayarnya mahal tapi materinya banyak disampaikan via zoom, ujiannya gak seru pun cuz banyak yang skripsinya dibuatin. Beda seperti saat pertama kuliah post graduation from high school.
Maka dari itu... kalau dirunut lebih dalam lagi ke hati sanubari, cita-citaku (mimpi) jane sekolah lagi di Kampus Universitas Gajah Mada Yogyakarta via Tugas Belajar. Eheheheh. Trus tinggal di asramanya yang estetik. dan kemudian everyday menikmati Jogja dengan senyuman. Aaaa indah.
Nah, daripada sekolah gak jelas tapi punya gelar, mending duitnya aku investasikan buat sesuatu yang bener-bener bisa meningkatkan value. Sekolah parenting, marketing, public speaking, englisg speaking, atau bahkan menulis? Hm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar